Beranda Bitung Profil Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Terbesar di Sulut

Profil Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Terbesar di Sulut

125
0
Profil Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Terbesar di Sulut
Pelabuhan Bitung Manado saat ini masuk dalam KEK sehingga terus dikembangkan, termasuk juga untuk Pelabuhan Ferry Bitung bagi penumpang kapal. (Dok. PT Pelindo IV).

Terasulut.comBITUNG – Pelabuhan Bitung, mengemban peranan utama sebagai salah satu pelabuhan terbesar di Sulawesi, mencuat menjadi pusat penting dalam keterhubungan maritim setelah Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Selain kemudahan akses langsung melalui Tol Bitung-Manado, pelabuhan ini memiliki riwayat panjang yang turut membentuk jalan cerita ekonomi dan perkembangan di Sulawesi Utara.

Manado, Sulawesi Utara – Lokasi strategis pelabuhan di Kota Bitung yang menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dan hubungan perdagangan di kawasan timur Indonesia dan Pasifik.

Kini, Pelabuhan Bitung mengalami transformasi pengelolaan di bawah bimbingan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, sebuah BUMN yang fokus pada pelayanan kepelabuhanan. Keterangan resmi dari Pelindo mengungkapkan bahwa Pelabuhan Bitung terletak di Jalan D.S Sumolang, Kota Bitung, Sulawesi Utara.

Pelabuhan ini menjadi tempat sandar bagi kapal-kapal penumpang lintas kota besar di Indonesia, menjadikannya jantung perekonomian dan pertumbuhan di Sulawesi Utara. Selain merespons dinamika sektor perkebunan, pertanian, dan perikanan, eksistensi Pelabuhan Bitung pun menjadi salah satu kunci pendorong pertumbuhan ekonomi daerah ini.

Baca juga: Inovasi Bisnis UMKM Terangkat di Manado dengan Program Entrepreneur Hub

Namun, Pelabuhan Bitung tidak berhenti hanya sebagai pelabuhan terbesar di Sulawesi Utara. Saat ini, ia merangkul peran baru sebagai bagian dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Kebijakan Pembangunan Sistem Logistik Nasional.

Jejak Sejarah Pelabuhan Bitung

Asal usul Pelabuhan Bitung mengambil nama dari kota tempatnya berdiri, Kota Bitung, yang juga merupakan kota terbesar kedua di Sulawesi Utara.

Merujuk pada buku “Sejarah Pelindo Bitung, hingga Perang Dunia II,” Bitung awalnya hanyalah sebuah desa nelayan yang belum tercatat dalam peta Hindia Belanda. Tak seperti pelabuhan umumnya yang berada di muara sungai, Pelabuhan Bitung justru terletak di selat, yaitu Selat Lembeh.

Awalnya, rencana pembangunan Pelabuhan Bitung dimulai pada pertengahan Desember 1949. Pelabuhan ini dikembangkan melalui upaya bersama yang melibatkan Semet, seorang tokoh lokal, yang diangkat sebagai pejabat kepelabuhanan di Desa Bitung.

Pembangunan selanjutnya mencakup penyelidikan kondisi perairan Selat Lembeh menggunakan kapal pengamatan bernama Zeeslawu. Penyelidikan ini melanjutkan pengamatan kondisi tanah di daratan, menjadi dasar pembangunan pelabuhan yang baru.

Tahun 1950, Muhammad Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia, bersama dengan Menteri Pekerjaan Umum Ir. Laoh, meresmikan pembangunan Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan samudera dalam kunjungan mereka ke Manado.

Baca juga: Gempa Bumi Mengguncang, 10 Agustus 2023: Laporan BMKG Mengenai Magnitudo 4,3

Sejak saat itu, pelabuhan ini mengalami pertumbuhan pesat. Dermaga yang semula hanya sebuah proyek berkembang menjadi pelabuhan besar dengan fasilitas lengkap. Fungsi pelabuhan semakin beragam, menjadi tempat singgah kapal bertonase besar, serta mendukung ekonomi daerah dan perdagangan internasional.

Jejak Fasilitas Pelabuhan Bitung

Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, saat ini mencatatkan keberadaan empat dermaga. Dermaga Samudera, dengan panjang 607 meter dan kedalaman sekitar 5 meter, Dermaga Nusantara, memiliki panjang 652 meter dan kedalaman sekitar 6 meter.

Dermaga Kontainer, terdiri dari Dermaga VIII dengan panjang 182 meter dan kedalaman 20 meter, serta Dermaga IX dengan panjang 60 meter dan kedalaman 10 meter. Tak ketinggalan, Dermaga Kering hadir untuk perbaikan dengan bongkar muat kapasitas di bawah 100 ton.

Kemampuan total Pelabuhan Bitung untuk menampung kontainer (Twenty-Foot Equivalent Unit/TEU) adalah 1,5 juta, terbagi antara Pelabuhan Bitung eksisting (1,1 juta TEU) dan KEK (400 ribu TEU). Dengan inovasi ini, kapasitas total mencapai 2,7 juta TEU, termasuk Lembeh (600 ribu TEU).

Pembangunan ini mendorong peningkatan kapasitas lapangan penyimpanan kontainer hingga tiga kali lipat, mencapai 750 ribu TEU. Pelabuhan Bitung juga akan menambahkan dua rubber tyred gantry (RTG) dan memperluas armada alat pemindah kontainer menjadi sepuluh unit.

Fasilitas lain seperti derek peti kemas (container crane), kendaraan reach stacker, serta truk angkut turut mendukung efisiensi pelabuhan. Staf operator pun akan ditingkatkan jumlahnya untuk memastikan kinerja optimal.

Baca juga: Mengupas Diplomasi, Kunjungan Konsul Jenderal Filipina ke Olly Dondokambey-Steven Kandouw

Langkah ini tak hanya merespons kebutuhan logistik, tetapi juga menjadikan Bitung sebagai pusat ekspor bagi komoditas dari wilayah Indonesia timur. Penambahan rute pelayaran internasional, seperti Bitung-Davao, Filipina, menjadi bukti nyata peran strategis Pelabuhan Bitung dalam pengembangan ekonomi dan konektivitas maritim.

Artikulli paraprakKemenkop UKM Luncurkan Program Entrepreneur Hub di Manado, Sulawesi Utara
Artikulli tjetërSandiaga Uno Lari Pagi Bareng Joune Ganda Sembari Pantau KEK Likupang
Portal berita online yang didedikasikan untuk memberikan informasi terkini seputar Kota Manado dan wilayah Sulawesi Utara. Dengan komitmen untuk menjadi sumber informasi terpercaya, Terasulut hadir untuk menghubungkan masyarakat Manado dengan berita-berita lokal, nasional, dan internasional yang relevan dan berpengaruh.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini